Sabtu, November 17, 2012

Kisi-Kisi US SMP/SMA/SMK: Gaya Bahasa (Majas)

Posted by tuslia on 11/17/2012 08:19:00 PM with 10 comments
    Pengertian resmi atau ribetnya dari majas atau gaya bahasa adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara pengiasan (kata kiasan) dan pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu. Secara singkat, saya mengartikannya dengan "permainan bahasa".

    Di bawah ini, saya akan menjabarkan gaya bahasa atau majas beserta contohnya. Namun, tidak semua jenis gaya bahasa saya jelaskan. Saya hanya menerangkan gaya bahasa yang sering keluar dalam kehidupan sehari-hari dan sering menjadi soal dalam Ujian Nasional, baik di SMP, maupun di SMA.


    Berikut penjelasannya, saya urutkan sesuai alfabet.

  • Eufemisme
Gaya bahasa Eufemisme jarang terdapat pada soal Ujian Nasional, tetapi sering dipakai dalam percakapan sehari-hari. Gaya bahasa ini dipakai untuk menghaluskan kata-kata yang kasar sehingga penggunaannya tidak menyinggung orang yang menjadi objek pembicaraan tersebut.

Contoh:
  1. Pak Hasan dirumahkan karena perusahaan tempatnya bekerja mengalami kebangkrutan.
  2. Rina merasa lemas karena buang-buang air seharian.

Pembahasan:

   Kata "dirumahkan" adalah penghalusan dari kata "dipecat", sedangkan frase "buang-buang air" adalah penghalusan dari frase "buang air besar yang terus menerus".

  • Hiperbola
Gaya bahasa Hiperbola sering sekali terlihat pada soal Ujian Nasional. Gaya bahasa ini cenderung mudah dan biasanya semua siswa sudah hapal dengan gaya bahasa ini. Gaya bahasa Hiperbola berupa pernyataan yang sengaja dibesar-besarkan dan terkesan berlebihan.

Contoh:
  1. "Jantungku hampir saja copot mendengar kabar itu," kata Ayu.
  2. "Ah kamu, kalau berbicara pelan-pelan, kupingku bisa pecah mendengar teriakanmu," ucap Dina meringis sambil menutup kedua telinganya.

Pembahasan:
    Penggunaan kalimat "jantungku hampir saja copot" dan "kupingku bisa pecah" adalah ungkapan yang berlebihan. Kedua pernyataan itu tidak mungkin terjadi hanya karena mendengar kabar dan teriakan.

  • Ironi, Sinisme, Sarkasme
     Ketiga gaya bahasa di atas adalah gaya bahasa sindiran.
Gaya bahasa ironi adalah sindiran halus. Si pembicara dan objek yang dibicarakan sama-sama mengetahui bahwa itu adalah sindiran, tetapi secara tersirat.

Contoh:
Wah, kamu ontime sekali, jam 9 baru datang!

Pembahasan:
     Kalimat di atas adalah sindiran halus, dapat dilihat dari penggunaan kata "baru". Hal ini berarti mereka sebenarnya janji bertemu sebelum jam 9. Secara konteks kalimat, si pendengar pasti merasa bahwa si penutur bermaksud menyindirnya.

Jika gaya bahasa Ironi adalah gaya bahasa yang maknanya secara tersirat, gaya bahasa Sinisme adalah gaya bahasa yang menyindir secara langsung.

Contoh:
Tulisanmu sungguh bagus, saya sampai tidak bisa membacanya.

Pembahasan:
    Kedua klausa tersebut diucapkan secara berlawanan. Klausa pertama berupa pujian, ternyata pada klausa selanjutnya terdapat kenyataan yang justru kebalikannya.

Sedikit berbeda dengan Ironi dan Sinisme, gaya bahasa Sarkasme cenderung memakai istilah kasar yang langsung tertuju pada objek yang dibicarakan.

Contoh:
Dasar otak udang, otak tuh di kepala, jangan di dengkul!

Pembahasan:
    Penggunaan istilah otak udang sangat kasar bagi yang mendengarnya. Hal inilah yang termasuk dalam gaya bahasa sarkasme.

  • Litotes
Gaya bahasa litotes digunakan untuk merendah agar tidak terkesan sombong. Namun, si lawan bicara mengerti bahwa kenyataannya berupa kebalikannya.

Contoh:
Mampirlah ke gubuk saya di daerah Pondok Indah.

Pembahasan:
    Jika mendengar kata "gubuk", pastilah orang menyangka bahwa rumah tersebut reot, kecil, dan bersifat sementara. Namun, jika mengetahui kenyataannya, apalagi di kawasan Pondok Indah, rumah yang dimaksud tentunya besar dan mewah.  

  • Metafora
Gaya bahasa Metafora adalah gaya bahasa pembanding tanpa menggunakan kata pembanding. Istilah yang digunakan pada gaya bahasa ini juga memiliki kesamaan arti dengan kata sesungguhnya.

Contoh:
Penggunaan frase lintah darat, buaya darat, bunga desa, dewi malam, raja siang, dan raja hutan.

Pembahasan:
    Istilah lintah darat disamakan dengan rentenir karena sama-sama "penghisap", rentenir menghisap uang dari para peminjamnya.

     Istilah buaya darat disamakan dengan laki-laki yang suka mempermainkan wanita. Seekor buaya akan "melahap" apapun yang dilemparkan kepadanya. Sama halnya dengan playboy, mereka "melahap" wanita yang berada di sekitarnya.

    Begitupun dengan istilah lainnya, bunga desa disamakan dengan gadis desa yang cantik, dewi malam disamakan dengan bulan, raja siang disamakan dengan matahari, dan raja hutan disamakan dengan singa.

  • Metonimia
Gaya bahasa Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan nama lain berupa ciri khas, merek, atau atribut yang menggambarkan benda tersebut.

Contoh:
  1. Ayah menghisap Djarum.
  2. Ayah mengendarai bebek ke kantor.

Pembahasan:
     Maksud dari kata "Djarum" pada kalimat pertama adalah rokok yang bermerek Djarum, sedangkan kata "bebek" pada kalimat kedua untuk menyebutkan "motor bebek".


  • Paradoks
Gaya bahasa paradoks adalah pernyataan yang mengandung pertentangan di dalamnya.

Contoh:
  1. Tidak ada suara terdengar, hanya jam dinding yang berdetik dengan kencang.
  2. Wajahku tersenyum, sedangkan hatiku menangis.

Pembahasan:
    Pada kalimat pertama, klausa pertama menyatakan "tidak ada suara", tetapi klausa selanjutnya menyatakan ada suara "jam dinding yang berdetik". Pada kalimat kedua juga terlihat jelas pertentangannya.

  • Personifikasi
Sesuai dengan nama gaya bahasanya, dalam kata "personifikasi" terdapat kata "person". Person merupakan bahasa Inggris yang berarti "orang". Dengan demikian, gaya bahasa jenis ini berciri benda mati atau makhluk hidup lainnya (selain manusia/orang) bertindak seolah-olah seperti manusia.

Contoh:
  1. Angin membelai wajahku.
  2. Burung bernyanyi.

Pembahasan:
    Pada kalimat pertama, angin bukanlah makhluk hidup, tetapi dia dapat membelai seakan-akan mempunyai tangan seperti manusia. Begitupun dengan kalimat kedua, burung seharusnya berkicau karena bernyanyi merupakan kebisaan manusia.


  • Pleonasme
Gaya bahasa Pleonasme adalah pernyataan yang menyatakan penegasan yang sebenarnya tidak perlu dikatakan. Dengan kata lain, terdapat pemborosan kata dalam kalimat yang bersangkutan.

Contoh:
  1. Saya menulis dengan tangan saya sendiri.
  2. Silakan kamu maju ke depan!

Pembahasan:
     Pada kalimat pertama terdapat "menulis dengan tangan saya sendiri", padahal jika seseorang berkata sedang menulis, tanpa dijelaskan lebih lanjut, lawan bicaranya akan mengerti bahwa ia menulis dengan tangan. Jadi, penggunaan frase "dengan tangan saya sendiri" merupakan pemborosan kata. Begitupun dengan kalimat kedua, kata "maju" pasti sudah dapat dimengerti "melangkah ke depan", seharusnya tidak perlu ditambahkan frase "ke depan".


  • Repetisi
Gaya bahasa repetisi adalah gaya bahasa yang menggunakan pengulangan kata atau frase. Biasanya terdapat dalam puisi atau kalimat majemuk.

Contoh:
Kau sahabatku, kau orang yang kupercaya, tetapi kau justru mengkhianatiku seperti ini.

Pembahasan:
    Pada kalimat tersebut terdapat pengulangan kata "kau". Pengulangan inilah yang disebut dengan repetisi.

  • Simile (Perbandingan)
Gaya bahasa Simile merupakan gaya bahasa perbandingan. Jika sebelumnya sudah dijelaskan tentang gaya bahasa Metafora, sebenarnya sama saja. Perbedaannya adalah gaya bahasa Simile menggunakan kata "bagai", "seperti", "bak" dalam kalimat atau larik.

Contoh:
  1. Kau bagai bidadari.
  2. Kulitmu halus bak pualam.
  3. Kau cantik seperti seorang putri.

  • Sinekdoke
Gaya bahasa Sinekdoke (sinekdok) dibagi menjadi dua, yaitu Totem Pro Parte dan Pars Pro Toto. Kedua jenis gaya bahasa sinekdok tersebut berlawanan.
Sinekdoke Totem Pro Parte adalah gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk sebagian, sedangkan Sinekdoke Pars Pro Toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian untuk keseluruhan.

     Banyak siswa yang sulit membedakan antara Totem dan Pars, begitupun dengan saya dulu. Akhirnya, ketika saya SMA, saya menemukan cara agar ingat dan dapat membedakannya, yaitu dengan memplesetkan kata "pars" menjadi "part". "Part" dalam bahasa Inggris dapat diartikan dengan "bagian" atau "sebagian". Dengan demikian, saya pun dengan mudah membedakannya, jika Pars Pro Toto adalah sebagian untuk keseluruhan, berarti Totem Pro Parte adalah kebalikannya. :)

Contoh Sinekdoke Totem Pro Parte:
  1. Indonesia meraih emas dalam kejuaraan bulu tangkis putra.
  2. Rakyat Indonesia meraih kemerdekaannya setelah berjuang melawan penjajah.

Pembahasan:
   Pada kalimat pertama, yang meraih emas bukannya rakyat Indonesia secara keseluruhan, tetapi hanya perwakilan atlet yang mengikuti perlombaan tersebut. Begitupun dengan kalimat kedua. Yang melakukan perlawanan bukan rakyat Indonesia, hanya beberapa pejuang.

Contoh Sinekdoke Pars Pro Toto:
  1. Batang hidungnya sama sekali tak terlihat hari ini.
  2. Keluarganya memotong satu ekor sapi dalam hajatan itu.

Pembahasan:
   Pada kalimat pertama, tentunya yang ditanya bukan hanya batang hidung, melainkan orang secara keseluruhan. Begitupun dengan kalimat kedua, "satu ekor" tidak hanya ekornya saja yang disajikan, tetapi sapi secara keseluruhan.


  • Sinestesia
Gaya bahasa Sinestesia adalah gaya bahasa yang di dalamnya terdapat pertukaran indra atau sifat.

Contoh:
  1. Kata-katanya tajam menusuk jantungku.
  2. Wajahnya sangat manis jika tersenyum seperti itu.

Pembahasan:
     Kalimat pertama menggunakan pertukaran sifat antara lisan dan benda tajam, sedangkan kalimat kedua menggunakan pertukaran indra penglihatan dan perasa.

    Yah, kurang lebih itu semua adalah gaya bahasa yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam soal-soal Ujian Nasional pun tak jarang saya melihat beberapa soal gaya bahasa atau majas tersebut, biasanya jenis soal yang berhubungan dengan gaya bahasa atau majas adalah soal karya sastra seperti puisi dan prosa.

    Penjelasan dan contoh saya dapatkan ketika duduk di bangku sekolah, maupun kuliah. Namun, lebih banyak saya dapatkan seiring pengalaman mengajar selama empat tahun ini. Jika ada yang ingin ditanyakan atau mengoreksi, silakan tinggalkan komentar. Tentunya saya akan merasa senang.

     Saya meminta maaf jika ada beberapa kata atau kalimat yang salah karena memang saya membuatnya dengan terburu-buru. Terima kasih karena sudah mampir dan menyempatkan diri untuk membaca... :)
Categories:

10 komentar:

  1. Balasan
    1. Sama-sama, Dewi...

      Terima kasih sudah berkomentar. :)

      Hapus
  2. Maaf gan sebelumnya yang gaya bahasa Ironi, Sinisme, Sarkasme itu setelah ironi bukannya sinisme ya tapi tulisannya sarkasme, soalnya setelah sarkasme ada sarkasme lagi. Itu yang contohnya "Tulisanmu sungguh bagus, saya sampai tidak bisa membacanya" sebenarnya itu sinisme atau sarkasme ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, yg saya maksud sinisme. Thanks ya Gan sudah dikoreksi.

      Hapus
  3. Terimakasih banyak , sangat sangat membantu :D , doakan saya lulus dengan nilai baik .

    BalasHapus