Rabu, Maret 20, 2013

Kisi-Kisi US SMA/SMK: Naskah Melayu Klasik

Posted by tuslia on 3/20/2013 03:58:00 PM with 2 comments
Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan dari sifat-sifat itu.

Sesuai dengan pengertian dari KBBI tersebut, hikayat merupakan karya sastra lama. Sastra lama masih menggunakan bahasa Melayu yang mungkin sulit untuk dimengerti karena struktur bahasa dan penggunaan kata yang jarang kita dengar sehari-hari.

Untuk mengerjakan soal tentang karya sastra Melayu Klasik ini tentunya dengan cara memahami jalan cerita sesuai kutipan yang ada. Bagaimana cara memahaminya? Tentunya dengan mengetahui karakteristiknya terlebih dahulu.


Karakteristik karya sastra Melayu Klasik

Istanasentris

Istanasentris berarti terpusat ke istana. Cerita Melayu Klasik tersebut berhubungan dengan kerajaan. Biasanya menceritakan kehidupan raja, ratu, permaisuri, putri, dan pangeran. Selain itu, menggunakan kata sapaan adinda, kakanda, anakanda, baginda, hulubalang, tuan, dan hamba.

Kemustahilan

Kemustahilan berarti sesuatu/hal yang tidak mungkin terjadi. Kemustahilan pada cerita Melayu Klasik terlihat pada penokohan, yaitu para tokoh diceritakan mempunyai kekuatan atau dapat berubah wujud. Selain itu, kemustahilan juga ditandai dengan menceritakan dewa/dewi khayangan.



Struktur Bahasa

Stuktur bahasa berkaitan dengan pola kalimat. Pola kalimat tersusun dari unsur subjek, predikat, objek/pelengkap, dan keterangan. Naskah Melayu Klasik biasanya menggunakan stuktur bahasa yang berantakan sehingga lebih sulit dimengerti.



Penggunaan kata
Penggunaan kata dalam naskah Melayu klasik biasanya berlebihan, ada yang diulang-ulang, seperti penggunaan kata maka, pun, -lah, -nya, itu. Hal ini tentunya membuat pembaca merasa pusing karena kata hubung dan kata ganti yang terlalu banyak.


Langkah-langkah untuk lebih memahami jalan cerita kutipan naskah Melayu Klasik.


1. Menghilangkan kata yang berlebihan.

Contoh Melayu Klasik

Setelah pagi-pagi hari, maka berkatalah Si Miskin kepada isterinya. “Ya, tuanku matilah rasaku ini, sangatlah sakit rasanya tubuhku ini. Maka tiadalah berdaya lagi. Hancurlah rasanya anggotaku ini.” Maka ia pun tersedu-sedu menangis. Maka terlalu belas rasanya hati isterinya melihat laku suaminya demikian itu. Maka ia pun menangis pula seraya mengambil daun kayu, lalu dimamahnya, maka disapukannyalah seluruh tubuh suaminya, sambil berkata, “Diamlah tuan jangan menangis! Sudahlah dengan untung kita selaku ini!” Adapun Si Miskin itu, asalnya daripada raja keinderaan. Maka, kena sumpah Betara Indera, makalah jadi ia demikian itu. Maka, adalah suaminya itu pun segarlah sedikit tubuhnya. Setelah itu, maka suaminya pun masuk ke dalam hutan mencari umbut muda yang patut dimakannya. Maka dibawanyalah kepada isterinya. Maka demikianlah laki bini itu. (Hikayat Si Miskin)

Seperti pada kutipan di atas, pada naskah Melayu Klasik tentunya banyak pengulangan kata yang tidak penting atau kata yang diulang, seperti penggunaan kata maka, pun, -lah, -nya, itu, ku. Padahal, jika tidak berlebihan dalam menggunakan kata-kata tersebut, cerita lebih mudah dimengerti. Dengan demikian, ketika membaca naskah Melayu Klasik, kita dapat menghilangkan kata-kata yang “mengganggu” mata tersebut.


2. Mencari arti kata sulit

Sebelum mengerti cerita secara keseluruhan, kita juga harus mengetahui arti dari setiap kata sulit atau kata yang belum kita ketahui maksud atau maknanya.

Pengertian kata tersebut, dapat kita cari di KBBI atau bantuan om Google. Dengan cara ini, cerita akan lebih mudah untuk dimengerti.

Tentunya hal ini tidak dapat dilakukan saat Ujian Nasional. Namun, kita bisa menambahkan kosakata Melayu dengan banyak mengerjakan soal mengenai Melayu Klasik mulai dari sekarang. Setiap menemukan kata sulit, langsung cari arti kata tersebut sehingga pada Ujian Nasional nanti kata-kata sukar sudah dapat kalian pahami.


tuan: saya (pr/lk) atau sapaan untuk seseorang yang dihormati

hamba: anda (pr/lk)
seraya: sambil
mamah: kunyah
disapu: diusap
patut: bisa


3. Mengubah struktur bahasa


Seperti yang sudah dijelaskan pada karakteristik, Melayu Klasik menggunakan stuktur bahasa yang berantakan, cenderung manasuka sehingga menimbulkan perbedaan penafsiran. Untuk mempermudahnya, kita bisa mengubahnya dengan bahasa sehari-hari dan mengubah susunan sesuai dengan bahasa terkini.


Berikut contoh kutipan yang telah diedit dari kutipan sebelumnya.

Setelah pagi hari, Si Miskin berkata kepada istrinya, “Sayangku, matilah rasaku ini. Tubuhku sangat sakit. Tidak berdaya lagi. Anggota tubuhku rasanya hancur.” Lalu, ia menangis tersedu-sedu. Istrinya merasa kasihan melihat tingkah laku suaminya itu. Ia pun ikut memangis sambil mengambil daun kayu. Daun kayu itu dikunyahnya lalu diusapkan ke seluruh tubuh suaminya, sambil berkata, “Sudah sayang, jangan menangis! Kita ini masih beruntung!” Sebenarnya, Si Miskin itu adalah seorang raja keinderaan, tetapi ia disumpah menjadi miskin oleh Betara Indera. Setelah diusap daun kayu tadi, badan si Miskin menjadi segar. Setelah itu, ia pun masuk hutan mencari umbut muda yang bisa dimakan. Setelah itu, dibawalah umbut muda itu kepada istrinya. Demikianlah cerita suami istri itu.



Menganalisis naskah Melayu Klasik merupakan hal yang sulit jika kalian tidak terbiasa dalam membacanya. Oleh karena itu, sebelum Ujian Nasional, teruslah berlatih membaca dan mencoba memahami cerita-cerita yang terdapat di beberapa soal Ujian Nasional tahun-tahun sebelumnya. 


Catatan Tambahan:
Jika terdapat kesalahan dalam penjelasan di atas, saya mohon maaf. Saran, kritik atau pengoreksian dapat ditulis pada kolom komentar agar bisa saya tindak lanjuti. Terima kasih.
Categories:

2 komentar: