Semarang di Minggu pagi |
Setelah Yogyakarta, saya akan menceritakan pengalaman di Semarang. Sudah dua kali ke sana. Pertama sekitar April 2011, sedangkan kunjungan kedua awal tahun 2012. Awalnya ingin tahun baruan di Semarang, tapi karena beberapa hal, akhirnya tahun baruan di Jakarta dulu, baru deh ke Semarang.
Kota Semarang sepertinya dalam tahap pembangunan menuju kota besar. Pada kunjungan kedua saya, saya melihat banyak perubahan, yang paling terlihat ya iklan pada papan billboard yang merajalela alias di mana-mana. Eh, sebelumnya, saya ingin menjelaskan bahwa saya berkunjung ke Semarang kota, dekat Simpang Lima lah, jadi ya tentu saja ramai.
Oke, next, tak penting saya mengomentari tata ruang kota Semarang, memangnya saya ahlinya? Tentu bukan! :D Yang saya ingin sampaikan di sini adalah keunikan kota Semarang. Mau tau? Yang paling terlihat adalah penduduknya. Banyak keturunan china, bermata sipit, berkulit putih.... tapi coba dengarkan mereka berbicara... aslik, mereka berbahasa Jawa dan medok, khas Semarang gitu. hihi Baru kali ini menemui keunikan seperti ini. Memang kata teman saya, di Semarang banyak sekali keturunan China. Eh ini bukan bermaksud merendahkan, bukan... hanya berbagi cerita lho... :| Maaf jika ada yang kurang berkenan.
Lanjuuuut...
Jadi, dua kali saya ke Semarang, saya sudah ke mana saja nih? Hmm... lagi-lagi saya ini memang kurang bisa memaksimalkan waktu jika berkunjung ke sebuah tempat yang jarang saya kunjungi. Padahal bisa saja, dalam waktu seminggu di sana, saya bisa mengunjungi beberapa tempat wisata. Namun, sepertinya tempat wisata yang saya kunjungi masih dapat dihitung dengan jari :| huwaaa...
Mendengar kota Semarang pasti teringat Lawang Sewu. Nah, apakah saya ke Lawang Sewu? Jawabannya tidak. Kenapa? Saya penakut jadi saya menolak ketika diajak ke sana. hoho Saya hanya beberapa kali, bahkan sebenarnya, sering melewati kawasan Lawang Sewu, tapi sungguh, tidak ada sama sekali niatan berkunjung ke sana. Tapi katanya, kemistisan Lawang Sewu sudah berkurang sejak dijadikan objek wisata, entahlah... tetap saja saya takut. Bangunannya saja sudah terlihat bangunan zaman dulu. Kebayang nggak ada seribu pintu? Hiy atut... kalau mau lihat ulasannya pada blog sebelah, klik di sini.
Objek wisata kedua yang terkenal di Semarang adalah Klenteng Sam Po Kong. Lagi-lagi saya tidak sempat mendaratkan kaki ke sana. Bukan karena tidak sempat, jadi pas di motor, teman saya menawarkan, "Mau ke sana?" seketika saja saya menolak... abis nggak enak, meskipun tempat itu sudah menjadi layaknya objek wisata dan sekadar foto-foto, tetap saja itu adalah tempat ibadah, sedangkan saya kan berjilbab. Tidak enak rasanya. Akhirnya, kami hanya berkeliling, dia sempat memberitahukan tempat apa saja yang kami lewati, tapi lagi-lagi beginilah saya, pelupa... Tapi jangan sedih, kalian bisa lihat reviewnya di blog tetangga sebelah, berminat? Klik di sini.
Nah, akhirnya, tanpa menanyakan keinginan saya, teman saya langsung masuk ke sebuah halaman yang luas. Saya kira objek wisata apa. Setelah parkir, dia baru bilang bahwa itu adalah Masjid Agung Jawa Tengah. Itu lho Masjid terbesar di Jawa Tengah yang pernah ada di Adzan Magrib salah satu stasiun TV. Ciri khasnya adalah payung raksasa yang dapat dilebarkan dan menjadikan halaman masjid tertutup dan terlindungi dari terik serta hujan. Keren deh. Payungnya besaaaaar! (Oke, gue norak...) Untuk keterangan lebih lanjut mengenai masjid ini, kalian bisa lihat di sini. Jadi di sana dijelaskan bahwa itu adalah payung hidrolik, yang dapat membuka dan menutup secara otomatis. Tau nggak, pas di sana kan iseng ya lewat parkiran mobil di bawah tanah, eh kami kesasar saking luasnya. haha Bahkan, ketika mencari parkiran motor untuk pulang saja, kamu celangak celinguk gitu. :p Intinya, lumayan pegel jika berjalan mengelilingi masjid ini.
Yak, dari tiga tempat wisata yang terkenal, saya memang hanya mengunjungi satu saja, tapi nggak nyesel kok, soalnya lain hari, saya ke Pantai Marina. Sayangnya, alas duduk saya bukan pasir, melainkan pembatas yang dibuat dari beton ditambah batu kali setelahnya. Tapi tetep kok, suasananya damai dan terlihat indah, tentunya tidak berbau seperti di Ancol. Jadi, Pantai Marina ini terletak di perumahan gitu deh... Enaknya yang memiliki rumah di dekat pantai. Berangin dan damai.
Tidak kalah indahnya adalah wisata Umbul Sidomukti. Semacam wisata alam, di daerah pegunungan yang tentu saja sejuk dan dingin. Dari Semarang kota ke sana harus menempuh perjalanan kira-kira 1,5 jam... hmm, atau 1 jam, lupa. haha Pokoknya Bandungan. Track-nya hampir seperti puncak, bedanya ada beberapa ruas jalan yang rusak apalagi jika sudah memasuki pemukiman jadi harus berhati-hati dalam mengendarai kendaraan karena jalan cenderung menanjak. Di sana ada beberapa wahana, seperti flying fox yang gagal kami coba karena hujan padahal kami sudah beli tiket, ada juga kolam renang terbuka, jembatan tali, dan ATV. Lumayan, beberapa jam di sana, saya dapat menghirup udara segar dan pikiran ter-refresh.
Kolam di pinggir saung lesehan |
Balik dari sana, kami makan di daerah Jimbaran. Makan apa? Ikan bakar. Konsep restorannya keren lho, pertama datang langsung disambut teriakan para pelayan, diantar ke tempat lesehan, bernuansa alam, masing-masing tempat seperti saung gitu. Pada beberapa saung, ada TV dan perlengkapan karaoke yang bisa digunakan tanpa dipungut biaya tambahan, bahkan ada wifi. Harga? Sangat terjangkau. Puas dan kenyang. Sayang saya lupa nama restorannya :| maaf.
Abis itu, pulang sambil diiringi oleh gerimis yang lama-lama membasahi kami. Boong deh, kan pake jas hujan jadi nggak kebasahan. hehe
Esok harinya, saya memohon kepada beberapa teman untuk pergi ke Yogya dengan motor. Bayangkan, Semarang - Yogyakarta ditempuh dengan motor. Kalau tidak salah, kami berangkat selepas Magrib dengan godaan gerimis. Jadi, kebayang kan dinginnya. Sampai Yogyakarta sekitar pukul 10 malam... Kami pun beristirahat dan baru berwisata di Yogya keesokan harinya.
Ya udah, gitu aja sih perjalanan ke Semarang dan mampir ke Yogya. Di Yogya kami ke salah satu pantai yang ada di Gunung Kidul. Pantainya sepi. Kenapa? Karena hujan. Ya apes, sedang hujan... tapi sempet sih berhenti jadi kami bisa foto-foto, trus pas hujan kami berteduh di bawah karang. Pengalaman pertama kalinya seperti itu. Senang rasanya...
Setelah tiga hari dua malam di Yogya, kami kembali lagi ke Semarang. Niatnya mau langsung pulang ke Jakarta esok paginya, tapi ternyata arus balik liburan membuat tiket kereta dan bus habis. Alhasil, baru bisa pulang dua hari setelahnya. #pukpukLia
Sip, itu pengalaman saya, bagaimana pengalaman kamu? Sekian dan terima komentar... :)
Aaa..keduluan Lia nih, nge-post tentang Semarang..hehe.. gw sempet ke Lawang Sewu, Li.. tp gak nyampe ruang bawah tanahnya..br mau masuk, udh merinding boo..haha..
BalasHapusdi simpang lima ga beli apa2 tuh, tukang lumpia ngampar ye di sono?haha.. Jadi pengen ke sana lagi.. Itu pengalamanku.. :p
Oh, masih ada hawa mistis rupanya. Lo udah ngajak keluar aja ya tanpa berani masuk? haha
BalasHapusgw beli oleh2 di apa bandeng otak-otak gitu, lupa mereknya. haha Parah ya, gw bisa sepikun ini. haha
keduax
BalasHapus