Penulis: Winna Efendi
Penerbit: GagasMedia
ISBN: 9797803627
Cetakan pertama: September 2009
Tebal Buku: 318 halaman
Harga: 46k
Beli di TMBookStore (disc 10%)
Sampul Belakang
Tidak ada persahabatan yang sempurna di dunia ini, yang ada hanya orang-orang yang berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankannya.
**
Ini bisa jadi sebuah kisah cinta biasa. Tentang sahabat sejak kecil, yang kemudian jatuh cinta kepada sahabatnya sendiri. Sayangnya, di setiap cinta harus ada yang terluka.
Ini barangkali hanya sebuah kisah cinta sederhana. Tentang tiga sahabat yang merasa saling memiliki meskipun diam-diam saling melukai,
Ini kisah tentang harapan yang hampir hilang. Sebuah kisah tentang cinta yang nyaris sempurna, kecuali rasa sakit karena persahabatan itu sendiri
Nah, dari sampul belakangnya sudah sangat terlihat klise bukan ceritanya? Iya, tentang cinta kepada sahabat. Karena cerita novel ini sangat klise, saya hampir saja ngasih bintang 2, tapi nggak jadi, kasih 2.5 cenderung 3 deh, soalnya banyak kalimat bagus dalam kisah ini dan cover-nya menarik. he-he
Cerita intinya:
Niki dan Nata bertetangga dan bersahabat sejak kecil sampai akhirnya mereka duduk di bangku SMA. Setiap hari mereka selalu bersama, berangkat dan pulang sekolah naik sepeda dengan Niki dibonceng Nata. Nata merasa semenjak SMA, Niki berubah menjadi seorang "perempuan". Karena sebelumnya, Nata melihat Niki sebagai teman sepermainan yang suka bermain permainan laki-laki dan memanjat pohon. Perubahan itu tentu saja membuat Nata merasakan perasaan yang lain, yaitu cinta. Saat itu, munculah anak pindahan dari luar negeri bernama Annalise. Annalise adalah anak tunggal dari seorang model dan designer internasional. Oleh karena itu, banyak yang mendekati dengan maksud tertentu. Berbeda dengan Niki yang memang tulus berteman. Akhirnya, Annalise menjadi bagian dari persahabatan Niki dan Nata. Bahkan, tanpa disadari oleh Niki dan Nata, Annalise menyukai Nata, padahal Nata menyukai Niki. Namun sayang, Niki berpacaran dengan Oliver.
Sangat klise bukan? Tapi sekali lagi, buku ini menjadi bagus karena rangkaian kalimat yang menjalin ceritanya. :D Lagipula masih ada banyak adegan yang tak terduga dan bikin senyum-senyum saat membacanya. Akh, mengingatkan saya pada cinta monyet zaman dulu...
sumber foto: di sini |
Sebenarnya, ada satu adegan yang bikin gregetan, bikin antiklimaks bacanya. Mengapa mesti ada adegan Me vs High Heels (yang pemainnya Ayushita itu lhooo)??? Ya ampun!!! *harus pake tanda tanya dan tanda seru banyak biar lebih heboh dalam mengekspresikan kekecewaan* (lebay mode: on)
Padahal bisa aja kan dicari alasan lain untuk mengakhiri hubungan Niki dengan pacarnya itu? Selain adegan tersebut pernah dipakai, rasanya dalam kehidupan nyata kemungkinan besar alasan semacam itu tidak akan terjadi... Eh atau Winna membuat cerita ini sebelum Me vs High Heels diterbitkan dan difilmkan? *mudah-mudahan sih gitu*
Tapi untung aja, Winna menutup adegan yang seakan-akan "comotan" dari novel lain yang bahkan sudah difilmkan itu dengan ending berbeda, yaitu dengan cara Oliver langsung menemui dan menjelaskan kejadian itu kepada Niki.
Oke, lupakan adegan Me vs High Heels tadi... *meskipun masih sangat mengganjal*
Sebenarnya, saya merasa tokoh Annalies kurang penting di sini. Meskipun pada sampul belakang diceritakan tentang "tiga sahabat", saya lebih nyaman jika persahabatan itu hanya ada Niki dan Nata dari awal sampai akhir cerita. Seharusnya Anna diceritakan sebagai teman saja. Karena jika Anna dianggap sahabat, proporsi Anna dalam cerita sangat sedikit, bahkan cenderung dianaktirikan. :p
Betewe, kebetulan atau emang semua cetakan cacat ya, saya beli cetakan keenam belas dengan tidak adanya halaman 110-126. Lumayan banyak, tapi nggak apa-apa deh, soalnya bagian yang hilang itu adegan Oliver dengan Niki sih... ha-ha Lagipula, dengan tidak adanya belasan halaman itu pun, saya masih bisa menikmati cerita ini sampai akhir. :D
sumber foto: di sini |
Oia, ternyata novel ini difilmkan dan sudah siap tayang tanggal 20 Juni 2013 nanti. Saya harap sih adegan Prom itu dihilangkan saja. Eh tapi, tadi liat trailer-nya ada adegan Prom "itu" deh. Hmm, semoga diganti adegannya, setidaknya orang yang pernah membaca atau menonton Me vs High Heels tidak menganggap kejadian tersebut sama seperti anggapan saya ketika membacanya. Yah, itu hanya sekadar saran sih, daripada malah banyak yang mengkritik karena bagian "itu"? Nggak mau kan karena nila setitik, rusak susu sebelanga?
Eh tapi boleh ada jika penontonnya beda generasi. Mungkin saja remaja sekarang banyak yang tidak menonton Me vs High Heels yang ditayangkan ketika saya masih muda dulu. Ya jika itu faktanya, adegan Prom itu akan aman-aman saja, bahkan akan menjadi kejutan seperti ketika saya menonton film Me vs High Heels. *hah? beda generasi? Semacam pengakuan bahwa saya sudah bukan remaja lagi* #huftbanget
Ya, saya memang bukan remaja, tapi bisa dikatakan berjiwa remaja. *apa banget deh lo Li*
Overall, saya suka penokohan Niki dan Nata, persahabatan mereka unik. Niki yang ceria, Nata yang cool... Hmm, sepertinya saya tertarik menonton filmnya di bioskop, ternyata yang memerankan Niki itu Maudi Ayunda, sedangkan Nata diperankan oleh Afgan. Coba bayangkan, Afgan yang biasanya pakai kemeja ketika show, sekarang memakai baju anak remaja, terlihat lebih sangat muda. Nggak nyangka kalau Afgan bisa terlihat semuda itu... :p Tapi sayang, tokoh Annalise yang pada novel diceritakan sangat cantik karena memiliki darah campuran luar, pemilihan tokoh Anna di film kurang sesuai, menurut saya malah lebih cantik Maudi Ayunda. :)
Pemain Refrain sumber foto: di sini |
Nah, ini adalah para pemain di Refrain. Hmm, saya jadi pengen baca ulang dan membayangkan mereka jadi tokoh di novel tersebut dan pastinya berusaha lebih menyukai ceritanya. ha-ha
0 komentar:
Posting Komentar