Selasa, Juni 04, 2013

[Resensi Novel] Dwilogi: Love, Hate (Curse) & Hocus-Pocus by Karla M. Nashar

Posted by tuslia on 6/04/2013 12:02:00 PM with No comments

Dwilogi yang ditulis oleh Karla M. Nashar ini berhasil menarik perhatian saya, bahkan sebelum saya mengecek rating dan review-nya di Goodreads. Entahlah... saya tertarik ketika melihat boxset dari dwilogi tersebut dipajang di toko buku yang saya datangi saat itu. Apalagi ketika melihat sinopsisnya. Beruntung juga saya baru berniat membacanya sekarang karena ternyata buku yang kedua diterbitkan setelah lima tahun buku pertama diterbitkan. he-he

Tapi, saya membelinya secara terpisah karena buku pertama lebih murah di TM Bookstore, Depok Town Square, sedangkan buku kedua saya beli di Gramedia, Depok karena sedang diskon. ha-ha

Ternyata, setelah mengeceknya di goodreads, keduanya mendapat rating tiga bintang lebih, hampir empat bintang. Ketika mengetahuinya, saya pun senang karena feeling saya benar. :D

Di bawah ini, saya akan mengulas kedua buku tersebut.
Love, Hate & Hocus-Pocus
Judul: Love, Hate & Hocus-Pocus
Penulis: Karla M. Nashar
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cover Cetakan Ketujuh: Eduard Iwan Mangopang
Cetakan Pertama: Mei 2008
Cetakan Ketujuh: Februari 2013
ISBN: 978-979-22-8961-9
263 halaman
Harga: 45k di TM BookStore, Detos (disc 10%)

Ada dua jenis cover, terbitan pertama, tahun 2008, dengan cover berwarna cokelat, lebih menggambarkan sebuah buku usang dibandingkan terbitan tahun 2013 yang ber-corver warna putih. Saya cenderung suka buku terbitan tahun 2013 karena yang saya punya adalah terbitan 2013. ho-ho.


Sinopsis Buku Pertama:

Jika ada istilah "cinta pada pandangan pertama", berbeda dengan Gadis Paras Ayu dan Troy Mardian, mereka merasakan "benci pada pandangan pertama".

Bahkan, Gadis sudah membenci Troy sebelum ia bertemu dengannya. Sebenarnya, Troy merupakan sosok yang sempurna: pintar, tampan, dan kaya. Banyak wanita yang menggilainya. Troy juga sering masuk televisi dan majalah. Hanya saja, semua itu tak cukup membuat Gadis bertekuk lutut, baru mendengar namanya saja dia sudah merasa benci. Alasannya simple, Gadis tidak menyukai gaya berpakaian, gaya hidup, dan gaya bicara Troy yang "sok" kebarat-baratan. Padahal, Troy orang Indonesia asli. Dan memang, dari keseluruhannya itu, Troy sering dikira bule (orang Barat) bagi siapa pun yang pertama kali melihatnya.

Lalu, kenapa Gadis tidak menyukai semua itu? Karena, semua yang ada pada Troy, jelas bertentangan dengan Gadis. Jika Troy lebih bangga dengan gaya kebarat-baratannya, Gadis hidup dalam kesederhanaan seorang gadis Indonesia tulen. Meskipun Gadis mampu hidup mewah dan membeli barang-barang bermerk dengan gaji yang ia dapatkan, tetap saja dia tak habis pikir dengan orang-orang yang hidup dengan kemewahan barang-barang bermerk internasional yang mempunyai fungsi yang sama jika barang-barang itu bermerk lokal atau bahkan tidak bermerk sekalipun. Oleh karena itulah, sejak pertama bertemu dengan Troy, Gadis sudah mengibarkan bendera perang di antara mereka.

Troy sendiri awalnya memandang rendah terhadap Gadis karena gaya hidup dan berpakaiannya yang sangat lokal. Bahkan, namanya, Gadis Parasayu, benar-benar menandakan ke-Indonesiaannya. Namun, semuanya menjadi tak masuk akal ketika mereka berdua terkena kutukan dari seorang wanita tua gipsy yang sempat mereka tertawakan di sebuah pesta perayaan di kantor mereka.

Wanita gipsy itu mempermainkan dimensi kehidupan Gadis dan Troy. Tiba-tiba saja mereka terbangun dengan status sudah menikah. Perasaan mereka masih saling membenci. Namun, ada yang berbeda, mereka dapat merasakan "bekas" kemesraan mereka selama dua minggu menikah. Tentunya hal tersebut menjadi sangat membingungkan. Di satu sisi, mereka sudah menjadi suami istri dan "sempat" merasakan saling cinta (dalam jampi-jampi wanita gipsy tentunya), di sisi lain ketika kesadaran mereka sudah kembali, mereka masih saling membenci dengan status suami-istri.

Saat itulah, kehidupan mereka berdua hanya berputar pada ego, benci, dan cinta yang silih berganti mempermainkan emosi. Keduanya tak dapat berbuat apapun dan hanya mengikuti "skenario" dari wanita gipsy, tentunya dengan cara mereka, acuh tak acuh, sok tak peduli, tetapi diam-diam mencintai. :D

Love, Curse & Hocus-Pocus


Judul: Love, Curse & Hocus-Pocus
Penulis: Karla M. Nashar
Cover: Eduard Iwan Mangopang
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama: Januari 2013
410 halaman
Harga: 58k di Gramedia, Depok (disc 25%)

Sinopsis Buku Kedua:

Saat Troy dan Gadis terbangun dan kembali pada realita, ada kekecewaan yang sangat mereka rasakan. Mereka sudah merasa memiliki, tetapi ternyata itu semua sekadar mimpi. Walaupun mereka masih dapat merasakan mimpi yang seperti nyata itu. Namun, kekeraskepalaan mereka membuat semuanya seperti hal yang wajar. Mereka kembali "berakting" masih saling membenci meskipun sebenarnya saling merindu. Tak ada yang memulai, sampai kehidupan mereka kembali seperti semula.

Sampai akhirnya, mereka berdua ditugaskan ke negara Inggris. Dalam penerbangan yang melewati turbulensi ekstrem dan nyaris merenggut nyawa itu, mereka kembali pada kehidupan dimensi lain. Mereka merasakan semua itu nyata dan kembali menjalani kehidupan sebagai suami-istri, bahkan mempunyai sepasang anak kembar. Kehidupan mereka nyaris bahagia sampai tanpa diketahui sebabnya, kedua anak mereka meninggal pada pagi harinya. Tentunya, Gadis sangat terluka. Saat keterpurukannya itulah, Gadis dan Troy kembali pada kenyataan saat terjadinya turbulensi pesawat.

Setelah mengalami dua kali berada di dimensi lain itu, keduanya merasa harus mencari wanita gipsy yang dulu "seakan-akan" mengutuk mereka berdua. Ditambah lagi, negara yang mereka kunjungi, Inggris, sangat dekat dengan tempat tinggal wanita gipsy itu. Mereka pun sepakat akan mencari keberadaannya dan meminta penjelasan darinya.

Dalam novel kedua ini, ada beberapa tokoh baru yang muncul, salah satunya Putra. Putra membuat Troy merasa tersaingi. Konflik pun semakin seru dengan keberadaan para saingan itu. Dalam novel ini juga sangat digambarkan sosok Troy sebagai suami yang bertanggung jawab dan sangat sayang terhadap keluarga. Tentunya sangat berbeda dengan gambaran Troy di awal cerita dalam novel bagian pertama. Intinya, dalam perjalanan ini, perasaan antara Gadis dan Troy semakin jelas, meskipun masih diliputi rasa ego dan gengsi untuk mengakui perasaan masing-masing.

Review
Dari segi cerita, bukanlah hal baru jika dua tokoh utama yang awalnya saling benci lalu dipermainkan dengan "jampi-jampi" dan akhirnya membuat mereka saling jatuh cinta. Ketika cinta sudah mereka rasakan, mereka kembali pada realita. Namun, saya sangat menyukai cara penulis membangun emosi para tokohnya, saat mereka bertengkar, bermesraan, semuanya membuat saya tak dapat melepaskan buku ini dari genggaman. Justru itulah point penting "serunya" dari novel ini, yaitu emosi mereka yang berubah-ubah.

Awalnya saya sangat terganggu dengan beberapa dialog Gadis dan Troy yang sama persis, hanya diucapkan dengan bahasa yang berbeda. Troy mengucapkannya dalam bahasa Inggris, sedangkan Gadis mengucapkannya dalam bahasa Indonesia. Logikanya, apakah iya, dua orang berbeda mempunyai persamaan kalimat yang diucapkan? Kalau kesamaan ide, itu hal wajar, tapi ucapan yang sama persis? Sangat tidak masuk akal. Bersamaan lho... Bukan bergantian. Jadi awal membaca, saya merasa terganggu dengan itu. Ya bukan membesar-besarkannya, hanya saja, sebagai lulusan bahasa, saya sangat terbiasa memerhatikan keteraturan kalimat dan paragrafnya. *padahal belum tentu tulisan saya sempurna. :p*

sumber foto: di sini
Selepas dialog itu, saya tidak bermasalah dengan hal lainnya. Hanya saja, gregetan dengan sifat mereka berdua yang membohongi perasaan masing-masing. Gregetan dengan keangkuhan mereka. Gregetan dengan gengsi mereka. Sampai saya berpikir, "Ada ya manusia yang keras kepalanya seperti mereka?" Ggggrrrh!

Sayangnya, bagi pembaca yang hanya mempunyai buku pertama, pasti akan dibuat penasaran dengan kelanjutan pada buku kedua. Hal ini disebabkan ending yang terkesan menggantung. Jadi, saya sarankan agar mempunyai kedua buku sebelum membaca yang pertama. 

Secara jujur saya ungkapkan, saya lebih menyukai buku pertama karena karakter tokoh novel pertama masih "murni" jadi gregetan yang saya dapatkan membuat saya bersemangat membacanya. Namun, jika tidak mempunyai buku kedua, pasti akan merasa buku pertama tidak bagus. :D

Meskipun saya pun sudah mengetahui ending cerita dari kehidupan Gadis dan Troy, tetap saja saya ingin tahu cara penyelesaiannya. Hal yang saya sukai dari novel kedua adalah sikap Troy yang sangat gentle. Saya jatuh cinta kepada Troy saat dia menjadi sosok suami yang romantis dan bertanggung jawab. Cara dia memperlakukan Gadis sungguh perlakuan seorang gentleman. Namun, lagi-lagi saya gregetan ketika realita sudah menghampiri mereka. Mereka akan kembali bertengkar, sinis satu sama lain, bahkan melukai dengan kata-kata. Sungguh ingin membenturkan kepala mereka berdua agar mereka sadar bahwa mereka cinta satu sama lain.

Satu hal yang bikin gemas adalah watak tokoh Gadis sangat keras kepala. Aaaargh! Tapi syukurlah semua berakhir sesuai keinginan saya... :')
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar