Penulis: Prisca Primasari
Editor: Kinanti Atmarandy
Proofreader: Christian Simamora, Resita Wahyu Febiratri
Desain Sampul: Jeffri Fernando
Penerbit: Gagas Media
Cetakan Pertama: 2011
ISBN: 979-780-472-0
Harga: 36k di TMBookStore, Detos (disc 10%)
Sampul Belakang
Seandainya bisa, aku ingin terbang bersamamu dan burung-burung di atas sana. Aku ingin terus duduk bersamamu di bawah teduhnya pohon-berbagi eclair, ditemani matahari dan angin sepoi-sepoi. Aku ingin terus menggenggam jari-jemarimu, berbagi rasa dan hangat tubuh-selamanya.
Sayangnya, gravitasi menghalangiku. Putaran bumi menambah setiap detik di hari-hari kita. Seperti lilin yang terus terbakar, tanpa terasa waktu kita pun tidak tersisa banyak. Semua terasa terburu-buru. Perpisahan pun terasa semakin menakutkan.
Aku rebah di tanah. Memejamkan mata kuat-kuat karena air mata yang menderas. "Aku masih di sini," bisikmu, selirih angin sore. Tapi aku tak percaya. Bagaimana jika saat aku membuka mata nanti, kau benar-benar tiada?
Sinopsis
Dua tahun yang lalu, Sergei, Stepanych, Kay, Lhiver, dan Katya bersahabat bagaikan saudara. Namun, karena suatu sebab, mereka terpecah dan berpisah. Stepanych sakit dan sekarat ditemani oleh Sergei dan Katya yang sebentar lagi akan menikah, mereka bertiga menetap di Rusia. Kay Oliver menikah dengan Claudine dan tinggal di New York, sedangkan Lhiver menetap di Indonesia dan menjadi dosen native di salah satu universitas Surabaya. Ketika penyakit Stepanych semakin memburuk dan Sergei merasa "waktu"-nya semakin singkat, Katya pun menawarkan untuk "menyeret" Kay dan Lhiver ke Rusia untuk menjenguk Stepanych. Dan... dimulailah usaha tersebut. Pertama-tama, Katya pergi ke New York dan membantu Kay Oliver yang ternyata sedang terkena tuduhan pembunuhan. Setelah semuanya selesai, Kay berjanji akan datang. Kemudian, Katya pergi ke Indonesia untuk menyelesaikan masalah dengan Lhiver, paling tidak Lhiver berjanji datang untuk Stepanych. Begitulah, pada akhirnya, mereka kembali berkumpul di Rusia dan menghabiskan waktunya bersama Stepanych.
Inti ceritanya seperti itu. Namun, tentu saja, banyak cerita lain yang dirangkai dalam alur sehingga terjalin sebuah cerita yang sangat bagus dan memikat. Nggak hanya cerita cinta yang biasanya dijual oleh para penerbit, novel ini sarat dengan nilai persahabatan, persaudaraan, bahkan ada juga misteri dan thriller. Lengkap!
Coba deh, baca novel ini tanpa melihat pengarang dan identitas dari buku ini. Pasti banyak yang menyangka bahwa ini novel terjemahan. Ya... setting, nama tokoh, suasananya persis sekali dengan novel yang dikarang oleh penulis luar. Salut deh kepada Prisca. Ini karya keduanya yang saya baca setelah Kastil Es & Air Mancur yang Berdansa. Hmm, ada apa ya dengan Paris Perancis? Bahkan novel selanjutnya yang akan saya beli berjudul Paris. Apakah Prisca lahir di sana? (Oh tidak, dia lahir di Surabaya dan berbintang sama dengan saya, bahkan tanggal lahirnya hanya berbeda 5 hari) Atau... keturunan sana? Atau... hanya sekadar mengagumi negara tersebut? Ya tidak penting. Yang penting adalah saya menyukai kisah ini.
Tidak seperti novel Indonesia yang kebanyakan hanya menceritakan ide cerita atau tema klise seperti cinta yang tak bisa saling memiliki, cinta yang berakhir dengan kebahagiaan, persahabatan yang berujung cinta, atau kematian yang berujung penyesalan, novel ini sangat berbeda. Awalnya saya mengira akan membaca kisah cinta antara dua orang manusia yang berkasih yang akhirnya dipisahkan oleh maut. Cover belakang novel ini juga mengarahkan pembaca berpikiran seperti itu. Tapi ya, karena saya sudah lumayan banyak membeli dan membaca buku terbitan Gagas Media, saya sudah tahu bahwa cover belakang itu (biasanya) tidak nyambung dengan isi. :p Dugaan saya akan ketidaknyambungan isi dan cover belakang pun terbukti...
Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, ternyata... Buku ini sangat kaya! Ya... Kisah dalam buku ini sangat indah, persahabatan yang tulus, kekeluargaan yang mengerti satu sama lain, percintaan yang tidak egois, bahkan sedikit action yang menyinggung dunia kedetektifan (ah jadi ingin kembali membaca buku-buku karya Agatha Christie). Intinya, novel ini sangat berbobot deh! Suka!
Apalagi judul Eclair ternyata sangat bermakna yang membuat ending-nya terasa manis. Kalau dalam cerita, Eclair adalah kue yang selalu dibuat oleh Stepanych yang notabene adalah seorang koki terkenal di sana. Penasaran dengan Eclair, ternyata sejenis kue manis yang penampakannya seperti ini...
(sumber: di sini) |
Terlepas dari Eclair, ada beberapa hal yang masih mengganjal dari segi konflik. Menurut saya, sikap Lhiver yang menyalahkan para sahabatnya (Sergei, Katya, Stepanych) dan kakaknya, Kay, sehingga membenci mereka dan memutuskan kontak selama 2 tahun lebih itu sangat berlebihan. Padahal, alasan kebencian Lhiver pun sudah sangat jelas, bahwa itu semua kehendak Tuhan, bukan kesalahan keempat sahabatnya. Bukankah mereka sangat dekat dan usia mereka pun sudah tidak bisa dikatakan muda yang tentu saja sudah stabil, tidak labil seperti remaja pada umumnya? Nah, rasanya konflik yang membuat mereka saling membenci itu kurang kuat. Namun, cara Prisca menggambarkan watak, emosi, dan pemilihan sudut pandang penceritaan berhasil membuat saya sangat penasaran dengan konflik yang terjadi di antara mereka. Rasanya tidak ingin melepaskan buku ini sampai rahasia di antara mereka terkuak. Sayang... mau tidak mau saya pun harus bersabar dengan membacanya secara perlahan karena diselingi kesibukan saya mengajar.
Oh iya, saking seriusnya ingin mengetahui konflik di antara mereka, saya sampai melewatkan beberapa detail tentang tokoh dan latar sehingga berkali-kali kening saya berkerut (sedikit telmi) karena pergantian sudut pandang dan latar tersebut. Yang paling membuat saya berkali-kali menoyorkan kepala adalah sampai pada halaman 123, saya baru mengetahui bahwa Stepanych Snegov, adik dari Sergei adalah seorang pria. Tampan pula. Arrrgh... kacau sudah gambaran saya tentang tokoh yang sudah saya bentuk dari awal. Ini semua pasti gara-gara nama Stepanych yang mirip dengan Stephanie yang notabene adalah nama perempuan. Juga karena kursi roda yang seakan-akan menambah kerapuhan seorang perempuan. Belum lagi pekerjaan Stepanych yang seorang patissier. Bener-bener membuat saya berpikiran bahwa dia adalah seorang perempuan. Padahal... setelah saya mengecek ulang, pada halaman 6, sudah disebutkan bahwa Stepanych Snegov adalah adik laki-laki Sergei. ha-ha *selftoyor lagi*
Ah sudah, pokoknya kebodohan itu sempat membuat saya ingin membacanya dari ulang agar para tokoh menyatu dengan cerita. Tapi tentu saja tidak jadi karena saya lebih penasaran dengan kelanjutan ceritanya yang ternyata sempat membuat saya menitikkan airmata. *bener-bener setitik lho* Setitik airmata tersebut bukan berarti menandakan bahwa buku ini tidak cukup mengharukan. Entahlah... saya merasa inti buku ini bukan untuk membuat kesedihan para pembaca, melainkan untuk memperlihatkan hubungan keluarga dan persahabatan yang sangat hebat. Oleh karena itu, setelah membaca akhir dari kisah buku ini, saya tersenyum sebelum menutup bukunya.
Eh, tapi ada satu hal sih yang masih mengganjal sampai sekarang... epilog buku ini bercerita Lhiver akan menikah, masalahnya... siapakah pengantin wanitanya? Ah, rasanya tidak adil jika buku ini tidak menceritakan percintaan Lhiver dengan calon istrinya, sedangkan percintaan Katya dan Sergei serta Kay dan Claudine mendapat porsi beberapa halaman dari buku ini. :(
Istrinya Lhiver diceritakan di novel PARIS sebagai kakaknya Sena.
BalasHapusMungkin ini sudah direncanakan oleh Kak Prisca Primasari.^^
Oh begitu, aduh, janjinya mau beli, tp blm beli juga novel Paris-nya, jd kudet deh. Skrg pastinya udah jarang di toko buku. T.T Pantes aja di novel ini nggak diceritain.. Thanks ya infonya.
Hapus